Amanah Kepemimpinan dalam Muhammadiyah
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat.” (An-Nisa :58)
Menurut Anang Rikza Masyhadi dalam buku “Hadits-Hadits Politik” terbitan Suara Muhammadiyah menyatakan bahwa ayat diatas secara tersirat mengajak kita untuk memilih pemimpin yang berkompeten untuk mengemban amanah.Kompeten berarti profesional dan cerdas dibidangnya.
Kita patut meneladani Rosululloh SAW karena beliau adalah orang yang amanah sehingga mendapat gelar al-amiin. Sifat Rosul sendiri kita telah mengetahuinya, yakni: Sidik (benar), Amanah (dapat dipercaya), Tabligh (menyampaikan), Fathonah (cerdas).
Masalah kepemimpinan,reorganisasi dan rotasi jabatan dalam sebuah lembaga adalah biasa. Menjadi pemimpin atau memangku jabatan adalah amanah yang bernilai ibadah bila dilaksanakan dengan baik dan akan menjadi jalan kebinasaan dan kehinaan bila tidak bisa mengemban tugas dengan amanah. Dalam hadits Bukhari Muslim Rosululloh pernah mengingatkan Abdurrahman bin Samurah R.A:
“Janganlah engkau meminta jabatan, sebab jika engkau memangku jabatan tanpa memintanya terlebih dahulu, engkau akan diberi pertolongan dalam mengembannya; sedang jika engkau memangku jabatan dan sebelumnya engkau memintanya, engkau akan terbebani dalam mengembannya. Jika engkau sudah bersumpah untuk melakukan/meninggalkan sesuatu, namun engkau lalu melihat ada sesuatu lain yang lebih baik, maka ambillah yang lebih baik itu dan tebuslah sumpahmu yang dulu”
Dalam Hadits Muslim yang diriwayat dari Abu Dzar R.A, bahwa ia berkata kepada Rosululloh: “Wahai Rosululloh, mengapa engkau tidak mengangkatku menjadi pejabat?” beliau pun lalu menepuk pundak Abu Dzar seraya bersabda: “Wahai Abu Dzar, sungguh menurutku engkau seorang yang lemah (dalam manajement), sementara jabatan itu merupakan suatu amanah; dan sungguh jabatan itu kelak pada hari kiamat akan menjadi sumber kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang memangkunya dengan benar dan mampu menunaikan apa yang telah menjadi kewajibannya.”
Dalam hadits Bukhari Muslim dari Ibnu Umar Rosululloh juga pernah bersabda: “Setiap kamu adalah pemimpin dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban.”
Karena akan dimintai pertanggungjawaban terutama dihadapan Alloh SWT, maka orang yang beriman akan senantiasa berhati-hati dalam menjalankan amanah. Ia akan berusaha menjalankan tugas dengan baik. Selain berhati-hati orang yang beriman juga memiliki pengharapan untuk mendapatkan surga yang diperuntukan seorang pemimpin yang adil dan menjalankan amanah dengan baik .
Dalam hadits Bukhari Muslim dari Abu Hurairoh Rosululloh bersabda: “Tujuh golongan yang kelak akan mendapatkan naungan Alloh pada hari yang tak ada naungan selain naungan-Nya adalah pemimpin yang adil,…..”
Senada dengan hadits diatas dihadits Muslim dari ‘Iyadh bin Himar Rosululloh pernah bersabda: “Tiga kriteria penghuni surga adalah pemimpin yang adil dan benar, orang yang bersifat kasih sayang dan berhati lembut kepada kaum kerabat dan sesama muslim, dan orang yang menanggung nafkah keluarga namun bisa menjaga diri dari rizki yang haram.”
Dalam Quran surat al-Mukminun ayat 8 dikatakan salah satu golongan yang beruntung yang akan mewarisi surga Firdaus adalah:
“dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya”
Inilah yang seharusnya menjadi salah satu motivasi untuk bisa mengemban amanah dengan baik. Dalam diskusi menggagas kepemimpinan Muhammadiyah di Banyumas yang diselenggarakan oleh AMM beberapa waktu di aula PDM. Prof. Dr. Daelami mengungkapkan, bahwa pemimpin yang baik itu disamping bener, kober juga memiliki semangat perjuangan-bodo sepetil ora papa- yang penting memiliki semangat atau motivasi, lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa semangat itu muncul dari jiwa yang memiliki idealisme yang ingin diperjuangkan.
Salah satu idealisme kita sebagai seorang guru Muhammadiyah adalah keinginan kita menjadikan sekolah kita maju dan bisa menjadi wadah bagi terbentuknya generasi Islam yang siap melanjutkan perjuangan Islam melalui pergerakan Muhammadiyah.
Terkait dengan hal tersebut guru muslim dan aktifis Muhammadiyah juga harus senantiasa termotivasi Surat Ali Imron ayat 104 yang sering menjadi rujukan ber-Muhammadiyah:
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Jadi motivasi ketika kita bersedia ketika ditunjuk untuk mengemban amanah adalah karena tanggungjawab dakwah yang diemban oleh setiap muslim. Dalam sebuah hadits Rosululloh pernah bersabda bahwa jika kita melihat sebuah kemungkaran maka cegahlah dengan tangan kita, jika tidak bisa dengan lisan kita, jika tidak bisa dengan hati kita, namun inilah selemah-lemahnya iman. Tangan disini artinya kekuasaan dan kita memang akan lebih bisa mengubah sesuatu ketika kita memiliki kekuasaan.
Namun pemimpin/kepala sekolah janganlah menjadi ‘raja kecil’ yang merasa dirinya selalu benar ingin dituruti segala keinginannya dan bawahan harus menurut. Jangan Pemimpin yang baik harus siap menerima kritik dan saran dari bawahannya. Kita patut mencontoh perilaku Sahabat Rosululloh yang diangkat menjadi khalifah. Abu Bakar Ashiddiq r.a setelah diangkat menjadi khalifah berpidato:
“Sesungguhnya saya menjadi pemimpin kalian ini bukan berarti lebih baik dari kalian. Oleh karena itu, jika saya benar (dalam menjalankan amanah ini), maka bantulah! Dan seandainya saya salah (dan menyimpang), maka luruskanlah! Taatilah aku selama aku menaati Alloh, tetapi jika malah saya berbuat maksiat kepada-Nya, maka tidak ada kewajiban taat kepadaku.”
Khalifah Umar bin Khotob juga pernah mengatakan dalam pidatonya ”Barangsiapa melihat penyimpangan dalam diri saya, maka segeralah luruskan!”. Tiba-tiba seseorang dari yang hadir berdiri, dan mengatakan:”Seandainya nanti kami melihat penyimpangan dalam dirimu, maka kami akan meluruskannya dengan pedang kami.”. Dengan tersenyum Umar berkata: “Alhamdulillah, Maha Suci Alloh yang telah mengirimkan dalam umat ini orang yang akan meluruskan Umar dengan pedangnya.”
Maka control and balance dan system transparansi perlu dibangun, hal ini akan mempermudah proses keberlangsungan sebuah program ketika terjadi suksesi kepemimpinan. Bukan pemimpin yang baik apabila ia bersifat otoriter dan arogan. Seorang pemimpin harus dapat membangun kerjasama tim dan memiliki jaringan yang luas, serta bisa memaksimalkan berbagai potensi yang ada. Dalam sebuah sekolah ada siswa, guru, karyawan, orangtua, komite, yayasan, sarana prasarana, lingkungan harus dapat diberdayakan dan diperankan sesuai dengan kapasitasnya maka harus berusaha menyatukan visi serta diperlukan pembagian tugas (job description) yang jelas untuk mendukung proses pendidikan.
sangat perlu dibaca dan dilaksanakan!!!! OK
BalasHapus