Posted by : Unknown Jumat, 03 Mei 2013



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah “Pembangunan dan Perberdayaan Masyarakat” dengan judul “Modernisasi dan Pertumbuhan Ekonomi, suatu teori umum Pembangunan”.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat pada semester ganjil tahun 2012-2013 Jurusan Ilmu pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam makalah ini diuraikan tentang Pengaruh Modernisasi dan pertumbuhan Ekonomi terhadap pembangunan, apakah sebenarnya konsep Modernisasi dan pertumbuhan ekonomi itu sebenarnya, pengaruh modernisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan dan lain sebagainya.
Penyusun menyadari, penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, serta masih banyak kekurangan. Maka dari itu, mohon kritik dan saran dari rekan-rekan semua kearah kesempurnaan makalah ini.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada Guru Mata Pelajaran Heru Mulyono, S.ip, MT, atas bimbingannya, dan juga kepada rekan-rekan yang terlibat didalamnya, sehingga makalah ini bisa tersusun.
    Akhirnya penyusun berharap, makalah ini bisa bermanfaat bagi diri kami sendiri ataupun semua pihak yang memerlukan.

Malang, 6 Oktober 2012

Tim Penyusun





BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang.
         Pembangunan bangsa Indonesia diberbagai bidang khususnya di bidang ekonomi yang sentralistik di masa lampau, mengakibatkan terjadinya krisis multi dimensi yang dialami bangsa Indonesia, khususnya krisis dalam bidang ekonomi itu sendiri. Krisis ekonomi yang terjadi merupakan akibat dari masalah fundamental dan keadaan khusus. Masalah tersebut merupakan tantangan internal berupa kesenjangan yang ditandai dengan adanya pengangguran dan kemiskinan, sedangkan tantangan eksternal adalah upaya meningkatkan daya saing menghadapi era perdagangan bebas.
        Sekarang ini, pemerintah memang telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan pembangunan dalam berbagai bidang. Termasuk dalam bidang ekonomi sendiri, pemerintah telah gencar-gencarnya mensosialisasikan program-program pembangunan seperti misalnya desentralisasi ekonomi, otonomi daerah, ekonomi kerakyatan, pemberdayaan UKM dan lain sebagainya.
        Akan tetapi, hingga saat ini belum ada kejelasan dari format dan bagaimana pelaksanaan dari program di atas masih belum terlalu jelas. Sehingga kemudian muncul suatu gagasan tentang modernisasi dan pertumbuhan ekonomi, suatu teori umum pembangunan. Menarika untuk kita telaah dan pelajari bersama, apa sebenarnya maksud dari gagasan tersebut, dan apakah memang benar bahwa modernisasi dan pertumbuhan ekonomi bisa digunakan dalam melakukan pembangunan?
        Menyadari hal tersebut, maka kami diberi tugas untuk membuat suatu tulisan dalam bentuk Makalah dengan judul “Modernisasi dan Pertumbuhan Ekonomi, Suatu Teori Umum Pembangunan” yang kemudian bisa dikaji secara menyeluruh agar bisa kita fahami lebih jauh tentang masalah tersebut di atas.

1.2    Rumusan Masalah.
1.    Apa sebenarnya modernisasi dan pertumbuhan ekonomi itu?
2.    Apakah  pengaruh modernisasi terhadap pertumbuhan ekonomi?
3.    Benarkah Konsep Modernisasi dan Pertumbuhan Ekonomi tepat untuk Pembangunan?
1.3    Tujuan Penelitian.
1.    Untuk mengetahui apa sebenarnya modernisasi dan pertumbuhan ekonomi itu.
2.    Mengetahui sejauh mana pengaruh modernisasi terhadap pertumbuhan ekonomi.
3.    Untuk mengetahui apakah benar modernisasi dan pertumbuhan ekonomi tepat untuk pembangunan.

















BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Konsep Modernisasi
     Modernization bermakna melakukan formulasi ulang sesuatu yang asalnya primitif atau tradisional, menuju kondisi yang lebih baik secara fisik. Pengertian ini menekankan adanya perubahan atau pertambahan bentuk fisik dari kondisi asalnya.
     Secara epistemologis, teori modernisasi  merupakan campuran antara pemikiran fungsionalisme struktural dengan pemikiran behaviorisme kultural Parsonian. Para pendukungnya memandang bahwa masyarakat akan berubah secara linier, yaitu perubahan yang selaras, serasi dan seimbang dari unsur masyarakat paling kecil sampai ke perubahan masyarakat keseluruhan dari tradisisonal menuju modern. Pandangan teori modernisasi semacam itu diilhami oleh pengalaman sejarah Revolusi Industri di Inggris yang dianggap sebagai titik awal pertumbuhan ekonomi kapitalis modern dan Revolusi Perancis sebagai titik awal pertumbuhan sistem politik modern dan demokratis.
     Sementara itu, Latar Belakang Lahirnya Teori modernisasi  sebagai peristiwa penting dunia setelah Perang Dunia Kedua.
Pertama, setelah munculnya Amerika Serikat sebagai negara adikuasa dunia. Pada tahun 1950-an Amerika Serikat menjadi pemimpin dunia sejak pelaksanaan Marshall Plan yang diperlukan membangun kembali Eropa Barat setelah Perang Dunia Kedua.
Kedua, pada saat yang sama terjadi perluasan komunisme di seantero jagad. Uni Soviet memperluas pengaruh politiknya sampai di Eropa Timur dan Asia, antara lain di Cina dan Korea. Hal ini mendorong Amerika Serikat untuk berusaha memperluas pengaruh politiknya selain Eropa Barat, sebagai salah satu usaha membendung penyuburan ideologi komunisme.
Cyril E. Black dalam “Dinamics of Modernization” berpendapat bahwa secara historis modernisasi adalah proses perkembangan lembaga-lembaga secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara cepat dan menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya dalam hal pengetahuan manusia. Dengan pengetahuan tersebut, akan memungkinkan manusia untuk menguasai lingkungannya dan melakukan revolusi ilmiah.
Pada dasarnya, modernisasi memiliki cirri-ciri tertentu yaitu :
    1.      tingkat pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut
2.      kadar partisipasi rakyat dalam pemerintahan yang memadai
3.      difusi norma-norma sekuleer-rasional dalam kebudayaan
4.      peningkatan mobilitas dalam masyarakat
5.      transformasi kepribadian individu
     Walaupun konsep modernisasi masih relatif baru, akan tetapi para ahli yang menyusun teori mengenai modernisasi kebanyakan telah dipengaruhi oleh perspektif evolusi dan fungsional-struktural. Mereka menggolongkan teori modernisasi ke dalam dua tipe :
1.      Teori variabel kritis
Mencakup sejenis perubahan tunggal seperti rasionalisasi atau industrialisasi dan istilah modernisasi menjadi sama artinya dengan variabel kritis.
2.      Teori dikotomi
Mencakup proses transformasi masyarakat tradisional menjadi modern.
      2.2. Konsep Pertumbuhan Ekonomi.
     Pertumbuhan ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan Artinya, ketika berbicara tentang pembangunan, maka tidak dapat dilepaskan dari peningkatan kemampuan ekonomi dari manusia yang menjadi pelaku pembangunan itu sendiri. Muara dari economic growth adalah kemakmuran yang juga dapat menjadi tanda bahwa pembangunan telah berhasil dilakukan.
     Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Oleh karena itu, suatu Negara diakatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di Negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
     Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.
      2.3. Pengaruh Modernisasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
     Di atas telah kita paparkan apa yang dimaksud dengan modernisasi dan pertumbuhan ekonomi, pertanyaan yang timbul selanjutnya adalah apa hubungan atau pengaruh modernisasi terhadap pertumbuhan ekonomi itu sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Walt Whitman Rostow kemudian memberikan penjelasan tentang Teori Tahap-Tahap Pertumbuhan Ekonomi yang diklasifikasikan sebagai teori modernisasi. Rostow memaparkan sebuah ide sederhana bahwa transformasi ekonomi setiap negara dapat ditelisik dari aspek sejarah pertumbuhan ekonominya hanya dalam tiga tahap: tahap prekondisi tinggal landas (yang membutuhkan waktu berabad-abad lamanya), tahap tinggal landas (20-30 tahun), dan tahap kemandirian ekonomi yang terjadi secara terus-menerus.
     Rostow kemudian mengembangkan ide tentang perspektif identifikasi dimensi ekonomi tersebut menjadi lima tahap kategori dalam bukunya  The Stages of Economic Growth: A Non-Communist Manifesto yang diterbitkan pada tahun 1960. Ia meluncurkan teorinya sebagai ‘sebuah manifesto anti-komunis’ sebagaimana tertulis dalam bentuk subjudul. Rostow menjadikan teorinya sebagai alternatif bagi teori Karl Marx mengenai sejarah modern. Fokusnya pada peningkatan pendapatan per kapita, Buku itu kemudian mengalami pengembangan dan variasi pada tahun 1978 dan 1980.
     Dalam hal prekondisi untuk meningkatkan ekonomi suatu negara, penekanannya terdapat pada keseluruhan proses di mana masyarakat berkembang dari suatu tahap ke tahap yang lain. Tahap-tahap yang berbeda ini ditujukan untuk mengidentifikasi variabel-variabel kritis atau strategis yang dianggap mengangkat kondisi-kondisi yang cukup dan perlu untuk perubahan dan transisi menuju tahapan baru yang berkualitas. Teori ini secara mendasar bersifat unilinear dan universal, serta dianggap bersifat permanen.
     Pembangunan, dalam arti proses, diartikan sebagai modernisasi yakni pergerakan dari masyarakat pertanian berbudaya tradisional ke arah ekonomi yang berfokus pada rasional, industri, dan jasa. Untuk menekankan sifat alami ‘pembangunan’ sebagai sebuah proses, Rostow menggunakan analogi dari sebuah pesawat terbang yang bergerak sepanjang lintasan terbang hingga pesawat itu dapat lepas landas dan kemudian melayang di angkasa.
      Pembangunan, dalam arti tujuan, dianggap sebagai kondisi suatu negara yang ditandai dengan adanya: a)Kemampuan konsumsi yang besar pada sebagian besar masyarakat, b)Sebagian besar non-pertanian, dan c)Sangat berbasis perkotaan.
Sebagai bagian teori modernisasi, teori ini mengkonsepsikan pembangunan sebagai modernisasi yang dicapai dengan mengikuti model kesuksesan Barat. Para pakar ekonomi menganggap bahwa teori tahap-tahap pertumbuhan ekonomi ini merupakan contoh terbaik dari apa yang diistilahkan sebagai ‘teori modernisasi.
     Menjelaskan tentang masalah pertumbuhan ekonomi dan modernisasi, Rostow kemudian menjelaskan tentang adanya tahap-tahap linear pertumbuhan ekonomi. Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi yang linear (mono-economic approach) inilah yang menjadi syarat pembangunan untuk mencapai ‘status lebih maju’. Rostow membagi proses pembangunan ke dalam lima tahapan yaitu:
1.    Tahap masyarakat tradisional (the traditional society), dengan karakteristiknya:
a.    Pertanian padat tenaga kerja;
b.    Belum mengenal ilmu pengetahuan dan teknologi (era Newton);
c.    Ekonomi mata pencaharian;
d.    Hasil-hasil tidak disimpan atau diperdagangkan; dan
e.    Adanya sistem barter.
2.    Tahap pembentukan prasyarat tinggal landas (the preconditions for takeoff),
yang ditandai dengan:
a.    Pendirian industri-industri pertambangan;
b.    Peningkatan penggunaan modal dalam pertanian;
c.    Perlunya pendanaan asing;
d.    Tabungan dan investasi meningkat;
e.    Terdapat lembaga dan organisasi tingkat nasional;
f.    Adanya elit-elit baru;
g.    Perubahan seringkali dipicu oleh gangguan dari luar.
3.    Tahap tinggal landas (the take-off), yaitu ditandai dengan:
a.    Industrialisasi meningkat;
b.    Tabungan dan investasi semakin meningkat;
c.    Peningkatan pertumbuhan regional;
d.    Tenaga kerja di sektor pertanian menurun;
e.    Stimulus ekonomi berupa revolusi politik,
f.    Inovasi teknologi,
g.    Perubahan ekonomi internasional,
h.    Laju investasi dan tabungan meningkat 5 – 10 persen dari
i.    Pendapatan nasional,
j.    Sektor usaha pengolahan (manufaktur),
k.    Pengaturan kelembagaan (misalnya sistem perbankan).
4.    Tahap pergerakan menuju kematangan ekonomi (the drive to maturity), ciri-cirinya:
a.    Pertumbuhan ekonomi berkelanjutan;
b.    Diversifikasi industri;
c.    Penggunaan teknologi secara meluas;
d.    Pembangunan di sektor-sektor baru;
e.    Investasi dan tabungan meningkat 10 – 20 persen dari pendapatan nasional.
5.    Tahap era konsumsi-massal tingkat tinggi (the age of high mass-consumption) dengan:
a.    Proporsi ketenagakerjaan yang tinggi di bidang jasa;
b.    Meluasnya konsumsi atas barang-barang yang tahan lama dan jasa;
c.    Peningkatan atas belanja jasa-jasa kemakmuran
     Menurut Rostow, dalam hal mengenai perubahan dari tahap tradisional ke arah industrial sebagai syarat pembangunan dan kemajuan, pembangunan ekonomi atau proses transformasi masyarakat dari tahap tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang multi-dimensional. Pembangunan ekonomi bukan berarti perubahan struktur ekonomi suatu negara yang ditunjukkan oleh menurunnya peranan sektor pertanian dan meningkatnya peran sektor industri saja.
      2.4. Modernisasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan
     Konsep modernisasi  pertumbuhan ekonomi (Pembangunan) menjadi penuh kontroversial dalam teori-teori sosial dan poskolonial kontemporer. Sebelumnya, hampir semua teori sosial klasik abad 19 mempertentangkan masyarakat modern dan pra-modern. Durkheim pada perbedaan antara solidaritas organis dan mekanis, Weber menteorikan perkembangan rasionalisasi, dan Max mengkaji transisi feodalisme ke kapitalisme.
 Masing-masing ahli teori sosial tersebut menggunakan model pembangunan linear. Misalnya, transisi masyarakat pedesaan ke masyarakat urban, dari feodal ke kapitalis, dari agraris ke industri, dari irasional ke rasional, dan dari tradisi ke modern. Masalah yang muncul adalah pada bayangan negara berkembang tentang masa depan mereka yang mengacu pada modernisasi Barat/Eropa.

     Model linear ini “diresmikan” pasca-1945, ketika era kekaisaran runtuh dan teori sosial ideologis berhasrat untuk menghindarkan penyebaran komunisme. Beberapa teori sosial yang muncul waktu itu secara eksplisit berhubungan dengan pembangunan. Pembangunan diteorikan sebagai proses di mana masyarakat terbelakang Dunia Ketiga akan mencapai kemajuan sebagaimana di Barat melalui proses modernisasi.
 Sehingga, modernisasi dan pembangunan dua hal yang berkaitan erat. Beberapa tokoh ilmu sosial menjelaskan tahapan modernitas Barat melalui teori modernisasi, misalnya Walt Rostow, Shmuel Eisenstadt, David McClelland, dan Bert Hoselitz. Teori-teori sosial tersebut didominasi oleh pemikiran sosiologi Barat pada tahun 1950-an dan awal 1960-an.
     Namun, ada pula yang berbeda pandangan mengenai proses modernisasi tersebut. Mengikuti argumen Marx, Andre Gunder Frank dan Immanuel Wallerstein berpendapat, kegagalan modernisasi dan pembangunan di Dunia Ketiga merupakan dampak dari tindakan negara-negara maju. Tetapi, teori sistem dunia dan negara terbelakang juga memiliki persoalan, di mana asal-usul pembagian antara pusat dan pinggiran tidak dijelaskan dengan baik. Sebaliknya, ketika teori-teori tersebut membicarakan persoalan pusat dan pinggiran, pembahasan selalu mengarah pada persoalan ekonomi-politik dan eksploitasi terhadap negara berkembang serta pemusatan konsentrasi perdagangan dan investasi di negara maju yang berdampak pada marginalisasi negara-negara pinggiran.
     Namun, teori-teori sosial kontemporer justru berpandangan pesimis ketika dikatakan bahwa modernisasi dan pembangunan memperlihatkan kemajuan. Dasar beberapa teori ini mengacu pada teori sosial klasik, misalnya rasionalisasi Weber, Anomi, dan alienasi. Teori sosial kontemporer melihat bahwa modernisasi memunculkan Eropasentrisme dalam pembangunan dam ilmu pengetahuan. Beberapa persoalan yang muncul oleh dampak modernisasi dan pembangunan menjadikan alasan mengapa tema modernisasi dan pembangunan menjadi signifikan dalam ilmu sosial kontemporer sekarang ini.













BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan.
Modernisasi dalam ilmu sosial merujuk pada sebuah bentuk perubahan dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang ke arah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur. Modernisasi merupakan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sekarang ini. , pembangunan ekonomi atau proses perubahan masyarakat dari tahap tradisional menjadi masyarakat modern merupakan suatu proses yang multi-dimensional. Pembangunan ekonomi adalah meningkatnya peranan sektor industri dari pada sektor pertanian.
3.2    Saran.
Modernisasi perlu bagi setiap Negara karena modernisasi mempunyai dampak positif perubahan sikap dan cara berfikir masyarakat yang sebelumnya irasional menjadi rasional. Karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pula yang membentuk masa modernisasi yang terus kian berkembang dan maju di waktu sekarang ini.
Tapi kita juga harus bisa menghindari dampak buruk modernisasi itu Perkembangan teknologi industri yang sudah modern dan semakin pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk menkonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada, sesuai dengan kebutuhan masing – masing.
•    Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitas. Padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial.
•    Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.



DAFTAR PUSTAKA
Nawai, Ismail, 2002. Pembangunan dan Problema Masyarakat. Surabaya: ITS Press.
Rudianto, 2009, Perencanaan Pembangunan Nasional dan Regional. Malang:  Cakrawala Media Publisher.
Ghazali, Adeng. 2004. Civic Education. Bandung : Benang Merah Press.












{ 1 komentar... read them below or add one }

- Copyright © Kaum Cerdas Cendekiawan - Hatsune Miku - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -